Book Vherolly
Berbagi cerita mu disini gratis
Cerita Pilihan :
(Hari 4) KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil | Book Nurmelly
(Hari 4) KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil
Rating : ★★★★★★  (vote)
Category : Cerita Horor | 07/04/2016
Penulis : admin

Cerita ini bersumber dari :

kepada.dirinya

Link : http://www.kaskus.co.id/profile/8088120

---------------------------------------------------------

Hari / Malam – 4

Hari itu gw kesiangan lagi, gw lihat jam sudah menunjukkan pukul 7, gw lihat irfan masih tidur disamping gw, “paling mereka sudah mandi” itu lah pikir gw saat itu, jadi gw milih untuk melanjutkan tidur, karena memang masih ngantuk. Agak susah bagi gw untuk tidak terpancing nafsu ditempat seperti ini, dimana pria dan wanita berkumpul dalam 1 rumah dan melakukan aktivitas bersama-sama, belum lagi melihat mereka berpakaian minim saat disiang hari kecuali Eni, seperti tanktop dan hotpants. Jika beda rumah dan 1 lokasi KKN, masih bisa wajar jika hal seperti itu tidak terjadi.

Siang hari, gw terbangun karena cahaya dari jendela yang terbuka, gw melihat jam sudah hampir jam 11 siang. Gw keluar kamar dan memanggil-manggil irfan, tapi tak ada orang dirumah, tapi yang penting sarapan sudah ada tersedia untuk gw. Setelah selesai sarapan, gw pergi ke teras untuk merokok. Saat itu gw berpikir untuk cepat-cepat membuat proker individu gw, karena yang lain sudah mulai jalan, selama ini, pikiran gw malah focus ke hantu dan “Ada apa” disini. Kalau kayak gini terus, bisa ngak lulus KKN gw. Beberapa batang rokok habis, gw pergi kekamar mengambil kertas HVS bergaris untuk membuat rencana proker. Setengah jam berlalu, gw merasa ngak ada yang cocok dengan proker yang tertulis dibuku panduan KKN. Akhirnya gw milih tiduran santai diteras sambil ngemut bolpoin. Tak lama irfan datang bareng Eni

“Ngapain loe vin?” Tanya irfan

“Mikirin proker fan” jawab gw

“Loe sendiri dari mana?” Tanya gw balik ke irfan

“Habis ciuman sama Eni” Kata Irfan nyengir ke gw

Udah pasti 100% gw ngak bakal percaya kalau Eni mau dicium sama Irfan,

“Ngak kak, bohong dia kak” Kata Eni sambil nyubit pinggang irfan

“Tenang aja dek, dari awal gw dah tau” Kata gw masih sambil tiduran

Irfan hanya tersenyum melihat Eni agak sedikit panik karena digoda Irfan

“Ya udah kak, saya lanjutin dulu kegiatan didesa” Kata Eni pamit ke gw

“Iya dek” Kata gw

Dan tinggalah berdua gw sama irfan, dia ikut tiduran disamping gw

“Vin” kata irfan manggil gw

“Hmmm” Kata gw

“Loe tau ngak Eni tadi malam nangis kenapa ?” Tanya irfan

“Ya paling kangen rumah vin, loe liat disini bosenin banget” Kata gw masih tiduran

“Ngak Vin, tadi dia nemui gw waktu keliling nyari cewek didesa” Kata Irfan

Gw bangun dari posisi gw tidur karena tertarik omongan Irfan

“Gimana ??, ada yang cantik ??” Tanya gw sambil senyum ke Irfan

“Woy Krupuk!!, gw lagi cerita tentang Eni!!” Kata Irfan sambil nendang gw

Gw balik tiduran karena Irfan ngak mau jawab pertanyaan gw

“Kenapa emangnya dia ?” Kata gw agak bete

“Dia bilang tadi malam liat setan, katanya tinggi banget” Kata Irfan

Irfan sebenarnya berusaha menjelaskan kalau Eni diganggu makhluk halus, tapi saat itu gw bukannya takut, malah bête & bosen. Karena seseram-seramnya cerita hantu, ngak akan mengerikan kalau diceritakan disiang hari, beda kalau malam hari

“Fan, biar gw tenang dulu, jangan bahas setan mulu, 3 hari gw kepikiran terus” Kata gw tanpa menatap irfan

“Kalau gitu, tadi ada cewek montok banget vin, lumayan orangnya” Kata irfan menggoda gw

Dengan digoda irfan gw pun tersenyum

“Tuh kan !!, Otak Bengkel loe !!” Kata Irfan nendang gw sambil ketawa

“Udah diem loe” Kata gw balas nendang irfan

“Eh fan, ayo ke desa liat proker mereka, sapa tau ada yang bisa ditiru” Lanjut gw ke Irfan

“Ayo dah, sekalian cuci mata lagi” Kata irfan

Gw pergi ke desa bareng irfan, seperti baiasa, teknik pura-pura ngak lihat masih gw terapkan, dengan alas an yang sama, males nebar senyum. Dijalan kita mengomentari body & dada cewek, mungkin karena udah kebiasaan, saat gw nongkrong sama teman-teman gw, kalau ada cewek, yang pertama dilihat adalah body & dada, untuk face masih bisa nyusul.

Tak lama kita jalan, ada seseorang manggil gw, dia belum terlalu tua, kalau maen tebak umur, mungkin dia sekitar 30an, dan untuk berbahasa Indonesia, beliau cukup lancar

“Adek, sini sebentar” Kata Bapak tersebut

Saat itu gw sama Irfan pura-pura ngak denger dan melanjutkan mengobrol

“Adek, sini sebentar” Bapak tersebut memanggil kita sambil menepuk tangannya

Dan dengan agak terpaksa kita menghampiri bapak tersebut dengan tersenyum

“Oh iya pak” Kata Irfan sambil bersalaman dan tersenyum

“Ada yang bisa dibantu pak” Tanya gw sambil tersenyum

“Tidak dek, saya Cuma mau kasih tahu. Itu yang pakai jilbab teman kalian kan?” Kata Bapak itu

“Bener pak, kita 1 kelompok KKN” Kata Irfan

“Temannya diawasi ya, ada yang mengikuti” Kata Bapak tersebut

“Maksudnya apa ya pak ?” Tanya Irfan dengan sedikit ekspresi was-was

Mungkin melihat ekspresi kita berubah, bapak tersebut tidak melanjutkan ceritanya

“Sudah tidak apa-apa, tapi nanti kalau ada apa-apa kalian cari saya ya dirumah itu” Kata bapak tersebut sambil nunjuk rumahnya

“Oh iya pak, terima kasih, kami permisi ya pak” Kata Irfan sambil bersalaman ke bapak itu

Kita pun meninggalkan bapak tersebut, hati gw agak ngak enak, tiba-tiba gw menghubungkan dengan cerita Irfan tentang Eni yang gw anggap membosankan.

“Fan, apa Eni diikutin setan ?” Tanya gw ke irfan

“Maybe” Kata irfan singkat karena sibuk memandang dada para penduduk situ

“Kenapa loe kayak biasa aja tai!” Kata gw sambil mukul lengan irfan

“Eh kampret, loe sendiri tadi gw certain malah biasa aja” Kata Irfan sambil mengelus-elus lengannya

“Terus gimana nih fan?” Tanya gw

“Ya ngak gimana-gimana, emang mau ngapain?” Kata Irfan

Tak lama berjalan, kita sampai ditempat mereka lagi melakukan proker pemberantasan buta huruf, gw samperin siska yang lagi ngak ngajarin.

“Gimana dek?” Tanya gw

“Wah berat kak, anak sini rata-rata ngak bisa bahasa Indonesia” Kata Siska

“Terus?” Kata gw

“Kita manggil yang bisa bahasa daerah sini buat bantu” Kata Siska

“Sama sekali ngak ada yang bisa bahasa Indonesia?” Tanya gw

“Ada kak, paling yang agak gede, itu pun ngak lancar” Jawab siska

Gw istirahat ditempat itu sebentar, sekalian melepas lelah, karena jalan juga agak jauh. Peminatnya lumayan banyak, meski belajar diruang terbuka, antusias mereka tinggi banget, selain bahasa, mereka diajari berhitung.

Karena udah lumayan bosen, gw balik kerumah bareng Irfan. Sampai dirumah Irfan bikin air panas untuk buat kopi instan, memang agak susah buat nyalakan “kompor” kayu, tapi tetap berhasil, meskipun hampir membakar rumah. Tak lama jadilah kopi instan, gw duduk sambil ngerokok menikmati udara siang hari.

Eni dan Siska datang kembali kerumah untuk memasak makan siang, saat mereka menyapa kita dan melewati kita, gw sempatkan melihat belakang Eni.

“Loe liat ada sesuatu belakang Eni ngak fan ?” Tanya gw

“Ngak ada tuh vin” Kata Irfan sambil memandang belakang Eni

“Tapi katanya Eni diikuti?” Tanya gw ke Irfan

“Tuyul kali vin, kan kecil, jadi ngak kelihatan” Kata Irfan sambil senyum ke gw

“Kata loe, Eni liat setan tinggi?” Tanya gw

“Ya mungkin tuyulnya lagi meninggikan badan” Jawab Irfan masih senyum

“Halaah, serah loe deh” Kata gw agak bête

“Eh Vin, kehutan nyok, petualang” Ajak Irfan sambil senyum ke gw

“Laut sono” Kata gw dengan artian menolak

Dalam keadaan gw dan Irfan ngobrol, Eni manggil gw dan Irfan untuk makan siang, makanan saat itu lumayan enak, karena makan daging kering ditumis. Setelah selesai makan dan ngerokok, gw dan irfan milih tidur siang karena bosan.

Sore pun datang, gw dibangunin oleh Irfan untuk mandi, dengan agak sedikit malas gw bersiap untuk pergi mandi, didepan rumah, Siska menghampiri kita

“Kenapa dek?” Tanya gw

“Mau ikut mandi dek?, yuk” Kata Irfan menggoda Irfan

“Yeee, ngak kali kak” Kata Siska

“Gini kak, tadi ada yang bilang ke saya untuk ngawasi Eni” Kata Eni

“Iya tadi ada yang bilang gitu ke gw” Kata Irfan

“Eh dek, kenapa kok malah ngomong ke kita??” Tanya gw dengan sedikit emosi karena malas omongin hantu, apalagi waktu udah sore.

“Tadi Selvi juga dikasih tahu gitu kak, dia nyuruh saya untuk kasih tahu kalian berdua” Kata Siska

“Emang kalau cerita, kita bisa ngapain dek??” Tanya gw masih tetap agak emosi

“Udah, udah” Kata Irfan berusaha nyairin suasana

“Lebih baik mandi sama gw yuk dek” Kata Irfan menggoda Siska

“Ngak ah kak, sama kak Alvin baru mau” Kata Siska yang lagi berusaha menggoda gw karena melihat gw sedikit emosi

“Wah, kalau gitu gw harus ngerayu untuk ngajak mandi dong” Kata Irfan menggoda Siska

“Semangat kak” Kata Siska tersenyum karena digoda Irfan sambil meninggalkan kita.

“JANGAN NGINTIP KITA MANDI YA DEK” Teriak Irfan agar Siska denger karena sudah agak jauh

“TENANG AJA KAK, KITA BUKAN KAYAK KALIAN” Teriak Siska sambil terdengar suara tawanya

Mendengar siska berkata dan tertawa seperti itu, hilang senyuman Irfan dari mulutnya, seakan-akan rencana kita sudah diketahui

“Apa mereka sudah tahu ya vin?” Kata Irfan sambil melihat Siska jalan kerumah

“Ngak lah, Kita kan cowok, biasanya kalau yang sering ngintip kan cowok” Kata gw

“Jadi dia asal ngomong aja” Lanjut gw

“Hati gw jadi tergerak untuk semangat waktu Siska bilang gitu” Kata Irfan

“Semangat apaan?” Kata gw

“Semangat ngintip” Kata irfan

“Oke Semangat” Kata gw sambil menepuk-nepuk punggung Irfan

Kita pun melanjutkan pergi ke kamar mandi bambu, masih dengan perasaan was-was kita mandi. Setelah mandi, gw mencoba ngobrol dengan Selvi dan Giska masalah proker, gw dikasih beberapa saran pilihan proker yang sudah tersedia di buku panduan, tapi saat itu gw ngak minat atas saran-saran mereka, karena lebih condong ke penyuluhan, bicara didepan umum bukan type gw, mau manggil nara sumber, tapi darimana nara sumbernya. Dan tak terasa kita ngobrol sampai malam, dimana mereka menjelaskan proker tentang penyuluhan dengan rinci, bahkan sampai disandingkan dengan jurusan kuliah gw, kalau proker penyuluhan sangat cocok dengan jurusan yang gw ambil. Gw pura-pura aja mengiya-kan, sambil memandang wajah Selvi buat hiburan.

Jam menunjukan pukul 10 malam, irfan ngajak tidur setelah selesai ngobrol dengan Siska, Eni dan Vina, saat ngobrol, mereka kelihatan senang, becanda, bahkan sampai ejek-ejekan. Dikamar, gw dan irfan ngobrol tentang teman-teman dikota gw, mengingat cerita-cerita lucu bareng mereka. Kita pun sepakat tidur setelah agak bosan

Jam 1-an kita dibangunkan lagi oleh Vina, seperti biasa, irfan yang dibangunkan, dan irfan yang membangunkan gw

“Kak, Eni nangis lagi” Kata Vina

“Kenapa lagi dia dek?” Kata Irfan dengan suara orang mengantuk

“Kamu nyuruh kita kesana buat ngapain?” Nenangin? Apa kalian ngak bisa?” Kata gw agak sewot karena 2 kali gw dibangunin hanya untuk masalah kayak anak kecil

“Semua pada ngumpul dikamar Eni kak” Kata Vina ke Irfan dan mengacuhkan omongan gw

“Ya bentar dek, nanti gw kesana” Kata Irfan sambil bersiap-siap bangun

Dengan agak emosi, gw pun berbaring untuk melanjutkan tidur gw

“Ngapain loe?” Tanya Irfan

“Tidurlah, apalagi?” Kata gw sewot ke Irfan

“Terus gw kesana sendirian?” Kata Irfan

“Kan tadi dibilang, kalau semua ada dikamar Eni” Jawab gw

“Temen macam apa loe, ayo bangun, temenin gw” Kata Irfan sambil nendang kaki gw pelan

Irfan menendang-nendang kaki gw pelan. Dan dengan berat hati gw bangun untuk nemenin Irfan kekamar Eni, disana semua sudah berkumpul buat nenangin Eni. Irfan langsung duduk disamping Eni

“Kenapa lagi dek?” Tanya Irfan

Eni tetap diam dan melanjutkan terisak

“Kamu tuh gitu dek, ditanyain diem aja, kakak balik kamar aja ya” Kata Irfan sedikit mengancam

Melihat Irfan bangun dari duduknya, tangan Eni langsung meraih baju Irfan, dengan erat Eni memegang baju Irfan. Adanya adegan tersebut, Irfan langsung paham, Irfan menyuruh anak yang lain untuk pergi dulu.

“Dek, biar Eni sama gw dan Alvin dulu” Kata Irfan

“Kalian tidur 1 kamar dulu ya, desak-desakan sebentar ngak papa kan?” Lanjut Irfan

“Iya kak ngak papa, tapi nanti kalau sudah, bangunin saya ngak papa” Kata Vina yang sekamar dengan Eni

“Iya dek” Kata Irfan

Mereka pun pergi ke kamar Selvi, dikamar itu tinggal gw, Irfan dan Eni. Kita pun terdiam agak lama, Eni masih dalam posisi tidur, tangan Eni tetap memegang baju Irfan. Karena merasa udah tenang, Eni pun bercerita ke kita tentang jin yang dia lihat dikamar. Setelah itu, irfan bercerita kalau ada orang yang berkata kalau kita harus ngawasi Eni karena dia sedang diikuti. Dan akhirnya gantian Irfan yang bertanya

“Emang kamu ngelakuin apa dek sampai diikuti gitu?” Tanya Irfan

“Aku ngak tahu kak” Kata Eni terlihat ingin menangis lagi

“Kalau kayak gini terus aku ngak kuat kak” Kata Eni mulai menitikkan air matanya

“Apa mau mengundurkan diri dari KKN?” Tanya Irfan

“Terus saya harus bilang apa sama orang tua?” Kata Eni

Irfan pun terdiam, ngak bisa bicara apa-apa, mau nasehatin juga dia termasuk cowok yang terus-terusan mengecewakan orang tua. Dan akhirnya gw angkat bicara

“Inget dek, kamu kemaren ke hutan” Kata gw

Eni mulai menatap gw, dengan tangan masih memegang baju Irfan.

“Emang kenapa kak kalau ke hutan?” Tanya Eni

“Apa mungkin disana mengganggu tempat-tempat angker, apa ngambil sesuatu disana” Jawab gw

“Ngak kak” Kata Eni

Gw pergi kedekat Eni dan duduk disampingnya

“Kemaren dihutan ngapain aja?” Tanya gw

“Lihat kandang sapi terus, ada rumah yang kayak kebakar” Kata Eni

“Terus disana ngapain?” Tanya gw lagi

“Cuma benerin sesajen yang hampir jatuh di rumah yang kayak kebakar, selain itu cuma keliling” Kata Eni

“Besok kita ke kepala desa buat konsultasi masalah ini” Potong Irfan

Gw pun tersenyum ke Eni dan terdiam, Eni ngak menanyakan pertanyaan lagi, jadi gw juga milih diam, gw masih bisa maklum kalau Eni polos kayak gitu.

“Ya udah dek, sekarang tidur, kakak disini jaga sebentar, kalau aman nanti kakak panggil Vina” Kata Irfan berusaha nenangin Eni

Eni hanya mengangguk dan berusaha tidur, dengan tetep memegang baju Irfan. Tak lama, Eni tertidur, mungkin karena kelelahan

“Mampus kan” Kata gw berbisik

Irfan memberi kode untuk diam dengan cara menaruh jari dibibirnya. Gw pun terdiam sambil bermain membuat bayangan dari hasil cahaya lampu petromax, irfan pun ikut-ikutan membuat bayangan. Karena mulai bosan, gw milih diam dan menopang kepala gw. Saat itu posisi gw dan irfan duduk bersila, Eni tidur diantara kita berdua, jarak gw agak jauh dari Eni, posisi irfan sudah pasti dekat dengan Eni, karena baju irfan dipegang Eni.

Tiba-tiba Tas milik Vina terlempar sendiri seperti ada yang menendang, tapi gw dan irfan ngak bergeming, kita cuma saling pandang satu sama lain tanpa berkata apa-apa, Eni masih lelap dalam tidurnya karena merasa telah dijaga oleh kita berdua. Kita berdua tetap duduk menyilangkan kaki kita tanpa bersandar ke tembok agar tidak ngantuk, tiba-tiba sosok berbadan tinggi muncul dari arah kanan Irfan, lebih tepatnya dekat pintu masuk kamar. Tingginya melebihi plafon rumah yang terbuat dari bambu, hingga kaki dan mulutnya yang terlihat, kakinya seperti mengambang tidak menyentuh lantai. Lampu petromax tidak menghasilkan bayangan dari sosok tersebut, yang ada hanya bayangan kita bertiga

Tak ada gw berpikir untuk menutup mata, karena shock yang gw alami, karena jarak sosok tersebut kira-kira hanya 2 meter dari posisi gw. Pikiran gw hanya terpikir keadaan sekitar, kaki terasa lemas, gw alihkan pandangan gw ke irfan, dia tetap diam tak bergeming tanpa menatap sosok tersebut, tangannya memegang HP Eni yang dari awal sudah tergeletak disitu. Tak lama, sosok tersebut membungkukkan badan sedikit agar wajahnya terlihat, badan gw yang terasa lemas, dengan sendirinya tersender ketembok, gw lihat tangan irfan tiba-tiba meremas HP saat sosok tersebut terlihat wajahnya, melihat wajah sosok tersebut, dimana mata kanannya lebih besar dari mata kirinya, cukup membuat gw tambah shock. Gw sudah merasa pasrah. Irfan menatap gw, melihat gw tidak menutup mata karena shock, Irfan melototkan matanya, memberi isyarat untuk memandang matanya, dan tidak memandang sosok tersebut, gw lakuin hal tersebut, meski begitu, sudut pandang mata gw tetap terlihat sosok badannya. tak lama Irfan pun mengalihkan pandangannya ke sosok tersebut.

“Pergi!, kita disini ngak ada maksud mengganggu” Kata Irfan sambil menatap sosok tersebut dengan nada agak tinggi

Mendengar ucapan Irfan, sosok tersebut tak langsung pergi, tapi selang beberapa detik, menghilangnya pun tak langsung menghilang, tapi lebih secara menghilang perlahan. Itulah pertama kalinya gw melihat setan / hantu didesa tersebut, Gw menjatuhkan badan gw ke lantai karena sudah terasa lemas. Dan terbangun dipagi hari dan tetap dikamar Eni sudah dengan selimut diiatas badan gw.

 

List :

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Prologue Pertemuan)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 1)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 2)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 3)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 4)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 5 part 1 part 2)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 6)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 7)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 8)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 9)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 10)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 11)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 12 part 1 part 2)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 13 part 1 part 2)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 14)

KKN Kuliah Kerja Nyata Berhantu di Desa Terpencil (Hari 15)

Rating : ★★★★★★  (vote)
Add to Bookmark
View : 3326 kali
Cerita Terkait :