Book Vherolly
Berbagi cerita mu disini gratis
Cerita Pilihan :
Aku Ditemani Hantu Saat Dirawat di Rumah Sakit di Medan (Kisah Nyata) | Book Nurmelly
Aku Ditemani Hantu Saat Dirawat di Rumah Sakit di Medan (Kisah Nyata)
Rating : ★★★★★★  (vote)
Category : Cerita Horor | 20/10/2013
Penulis : admin

Ini kisah nyata yang benar-benar aku alami 5 (lima) tahun yang lalu. Sampai kemarin aku belum dapat melupakan kejadian yang benar-benar nyata ini. Sekian lama aku tidak menceritakan kepada siapa pun sebelum akhirnya pada hari ini aku sampaikan melalui forum kita tercinta ini.

Kejadiannya sekitar tahun 2005, aku lupa tanggal, bulan dan harinya karena seluruh bon dan biaya perawatan diserahkan untuk klaim ke tempat ku berkerja. Berikut kejadian yang benar-benar nyata itu.

Aku bertugas di tempat-tempat khusus dan unik, aku ditempatkan di Kota Medan. Oleh karenanya keluarga ku tidak dapat ikut serta tinggal bersama ku, bertahun-tahun, kecuali kami bertemu sebulan sekali. Kadang aku ke tempatnya kadang juga istriku berkunjung ke kota itu bersama buah hati ku yang masih kecil-kecil dua orang.

Di rumah itu, aku ditemani bibi yang bantu membereskan rumah, nyuci, ngepel, nyetrika. Ia pulang sore setiap hari ke rumahnya yang tidak jauh dari komplek kami. Dan ia sudah 3 tahun membantu ku, bisa dipercaya sehingga aku juga turut membantu menyekolahkan anaknya yang masuk SMA.

Suatu hari aku mendapat tugas untuk melakukan perjalanan ke “Kota Minyak” Pangkalan Berandan, selama 3 hari utnuk urusan ke sebuah Badan Usaha Milik Negara. Malam sebelum berangkat -seperti biasanya- aku sendiri menikmati hari-hari ku. Membaca, menuiis, mendengar berita dan melihat-lihat album kenangan. Kadang aku hilir mudik di ruang tamu rumah ku sambil memandang sepatu dan sendal anak-anak ku yang masih kecil (usia 5 tahun dan kurang 1 tahun pada saat itu).

Malam itu aku tidak bisa tidur. Hati ku berdebar hebat tidak karuan. Aku kira ada gangguan kesehatan dalam diri ku. Aku mencoba bersemangat dan menghibur diri sambil mengingat anak-anak ku yang lucu.

Mata terpejam, pikiran melayang. Hadapp kiri salah, hadap kanan tidak enak. Terlentang tidak nyaman, tengkurapapa lagi, bikin sesak nafas. Tanpa terasa waktu berlalu hingga terdengar suara kokok ayam nun jauh dari komplek rumah ku, aku lihat waktu sudah menunjukkan pukul jam 4 pagi, padahal jam 6 pagi aku sudah harus siap sedia karena jemputan akan tiba tepat waktunya.

Masih ku sisakan sedikit lagi waktu untuk menenangkan diri. Padahal perutku semakin sembelit rasanya. Desakan di ulu hati hampir tidak tertahankan. Aku tidak bisa menolak, pekerjaan harus ku kerjakan dengan sebaik-baiknya. Aku pun bangkit dari peraduan ku dengan tidak nyaman.

Setelah berkemas, tepat jam 6 datanglah jemputan. Aku masukkan beberapa potong pakaian dan perlengakapan ku ke dalamkoperkecil utnuk kebutuhan 3 (tiga) hari. Kami pun bernagkat. Aku katakan kepada anggota ku tentang kondisi fisik ku yang tidak prima pada hari itu, tapi ia tidak yakin karena melihat ku seperti biasa suka bercanda dan berusaha tampil tegar.

Setelah sarapan di sebuah restoran dalam perjalanan. Perutku semakin menjadi-jadi tidak karuan. Dalam kondisi lemas aku tiba di kota itu tapi -maaf- aku tidak bisa melaksanakan tugas. Aku terkulai lemas hampir tidak berdaya.

Gambar atau foto 2

Menjelang petang aku mendapat izin untuk segera kembali ke Medan, tidak jadi meneruskan tugas yang diberikan pada hari itu. Aku diantar kembali ke Medan menjelang sore. Di perjalanan aku kira aku tidak sempat melihat keluarga ku lagi. Aku berusaha tersenyum menghadapi kenyataan ini. Aku hanya menitip doa kepada yang Maha Kuasa, jika aku diambil tolong ampun kan dosa-dosa ku, dan peliharalah anak-anak ku yang masih kecil itu dan istrik ku untuk mendatpatkan kebahagiaan dari Nya dan jauhkan dari kesedihan dalam mengarungi hidup mereka tanpa aku di sisi mereka.

Menjelang masuk perbatasan kota Medan, aku sempat titip kata-kata kepada anggota ku,”tolong antarkan saya ke klinik terdekat. Masukkan saja mobil ke klinik yang pertama terlihat, baik sebelah kiri atau sebelah kanan jalan.” Setelah itu,.. aku tidak tau apa-apa lagi.

Ketika aku sadar, aku melihat sudah berada dalam ruangan yang nyaman. Putih bersih dan harum. Samar-samar aku melihat anggota ku tadi berusaha tersenyum kepada ku. Seketika aku mulai sadar dan mengingat kisah yang baru ku alami. Aku jadi malu dibuatnya.

Tapi aku melihat anggota ku tadi seperti mau menangis saat ia menceritakan kronologinya. Setelah berbincang dengannya dan ditemani suster ia mengatakan mohon pamit ingin pulang ke rumah ke tempat keluarganya. ia menawarkan aku menghubungi keluarga ku yang terdekat (di dalam kota Medan dan ke istriku di luar kota Medan). Bahkan ia menawarkan memberi kabar ke pimpinan tempat kami bertugas. Aku tolak halus, karena aku tidak ingin orang jadi terganggu karena aku.

Setelah makan dan minum obat aku tertidur di sana. DI ruangan yang ekslusif itu aku sendirian saja. Tidak ada yang menemani ku di kamar itu. Para suster dan dokter spesialisnya hanya sekali-sekali menjenguk ku. Jika malam datang aku dikunjungi suster ditemani dokter jaga malam sebelum aku tertidur.

Jarum infus itu aku pandang tetesan demi tetesan sampai terlihat samar-samar dan aku menjalani malam yang indah malam itu dengan berbagai mimpi yang tidak dapat aku cerna lagi menyengakan apamenakutkan. Tanpa terasa telah dua malam aku di sini.

Malam ke dua ini berlalu dengan sepi dan sunyi. Suatu ketika aku terbangun. Aku sempat melihat jarum jam berada pada angka 3 pagi. Aku lihat botol infus itu seperti masih baru terpasang. Adakah yang memasang cairan itu ke tubuh ku menggantikan cairan botol yang sudah habis?. Aku berusaha tidur kembali.

Belum lagi mataku terpejam kembali, aku di ganggu oleh suara ketukan pintu amat lembut. Dia tidak masuk sebelum aku persilahkan masuk. “Masuk”jawab ku pelan. Ia lalu masuk dan menyapa ku dengan kalimat permisi (bukan salam) dan langsung membuka perbincangan awal “apakah saya menganggu? Jika menganggu saya tidak akan ke sini. Saya hanya ingin menemani saja ngajak ngobrol karena saya tidak sampai hati melihat abang sendirian, tidak ada keluarga yang menemani setelah 2 malam di kamar ini.” Begitu kalimatnya kepada saya.

Tentu aku menjawa “O..o..o tidak apa-apa,silahkan saja. Masuklah… ” Aku berusaha duduk di tempat tidurku tapi ia melarangnya. “Sambil tiduran saja bang” katanya kepada saya. Mulailah ia bercerita tentang berbagai hal. Mulai dari pekerjaan ku, tempat tinggal ku, keluarga ku nun jauh di sana dan masa lalu ketika aku kecil ia tahu.

Aku tidak membayangkan apa-apa saat itu, karena logika ku berpikir dan otak ku belum kuat diajak berpikir. AKu lemas,yang aku inginkan hanya tidur dan tidur terus. Tapi orang ini menganggu tidurku. Ia berpakaian perawat. ia lelaki yang putih, bersih, walau brewokan tapi klimis dan terlihat bulu lebat di lengannya. Hidungnya mancung dan rambutnya agak ikal. Senyumannya juga baik, hingga aku tidak berpikir negatif sedikitpun.

Tanpa terasa ia sudah mengajak ku ngobrol selama 1 jam. Ia lihat aku gelisah. Lalu tiba-tiba ia membuka jendela kamar itu, mneyingkap tirai dan mengarahkan kipas ke arah ke jendela. Ia mempersilahkan aku merokok. Ia tahu di mana letak sisa rokok ku yang diumpetin oleh dokter dan perawat yang memaksa aku agar tidak merokok semasa dalam perawatan.

Aku heran, kenapa ia tahu letak rokok ku. Ia katakan tidak apa-apa merokok asal tidak banyak-banyak, Kali ini ia mempersilahkan aku duduksetengah tegak di atas ranjang itu. Ia mendekatkan meja, mengambil asbak -entah dari mana- dan menyalakan korkek api gas membakarkan rokok itu untuk ku.

Tapi aneh..dia sendiri tidak merokok. Lalu ia makin semangat bercerita melihat aku memberi respon-respon. Hingga dia mengatakan sesuatu yang membuat aku terkejut. Lantai tempat aku menginap ini jarang dipakai oleh pasien sejak ada kejadian gagalnya operasi sesar seorang wanita setahun lalu di lantai ini. Ibunya meninggal dan bayinya tidak dapat diselamatkan.

Ia memberi penjelasan kepada saya mengapa kesannya seperti memaksa menemani, kuatir jangan ada yang “menganggu” saya. Maka ia mengambil inisiatif menemani saya dalam wujud yang nyata supaya tidak ada gangguan apa pun. Sekali lagi saya tidak terkejut dan terperangah mendengar itu karena otak saya hampir kosong selama dirawat akibat lemahnya kondisi saya hingga anjlok ke titik yang paling dalam barangkali seperti itu.

Orang itu hebat, namanya saya lupa. Ia bisa meracikobat apapun katanya. Ia juga bisa mengetahui masa kecil saya,keluarga saya dan anak istri saya. Ia mengingatkan “jangan minum minuman suplemen itu” secara intensif karena berbahaya. Dan ia menyarankan juga agar makanlah sebelum perut kosong.

Tiba-tiba dia seperti merenung. Ketikan ini membuat bulu kuduk saya merinding. Ia diam, sebelum akhirnya sambil memandang saya, ia katakan… “Saya harus pergi dulu. Tidak enak nanti ada yang melihat entah perawat lain atau dokter jaga jika saya kerjanya menganggu pasien” katanya sambil kembali menutup jendela dan merapikan tirai kain penutup jendela.

Ia mohon pamit dan mengucapkan salam permisi kepada saya seperti terburu-buru. Dia pun keluar dari pintu tergesa-gesa seperti terdengar agak keras daun pintu itu tertutup. Tidak sampai dalam waktu 10 detik kemudian terdengarlah suara Azan bersahut-sahutan. Lokasi klinik itu memang ada yang dekat dengan masjid yang saya tidak tau ada di mana letaknya. Sayapun tidur lagi dengan pulas.

Hari itu hari ke tiga saya berada di klinik. Hari itu teman-teman ku mulai berdatangan silih berganti. Ada yang bawa cerita kantor, ada yang bikin canda dan ada yang geleng-geleng kepala melihat aku kok di rawat di sini. Aku jadi malu kok harus dijenguk seperti orang sakit tidak bisa bangkit lagi, begitu perasaan ku.

Siangnya dokter spesialis penyakit dalam itu datang ditemani susternya. Ia merekomendasikan aku bisa keluar nanti sore Jam 18.00. Pihak klinik menawarkan jasa mengantarkan aku ke rumah.Tapi rekan-rekan ku juga menawarkan jasanya. AKu pilih bantuan rekan ku yang akan datang membantu nanti sebelum jam 16.00.

Saat persiapan pulang atau keluar dari klinik atau Rumah Sakit itu seperti mau keluar dari tahanan saja. Tiga hari saja serasa sbulan. Aku sudah rindu ingin pulang. Tapi aku pulang siapa yang menyambut kedatangan ku di rumah. Siapa yang melanjutkan perawatan diri ku di rumah? Tapi tak apalah, aku lebih senang di rumah aja walau tidur-tiduran aja, kata hati kecil ku.

Dua jam sebelum cek out (kayak hotel saja) aku sempatin ngobrol-ngobrol dengan suster dan petugas yang ada di lobi. Dari situlah aku baru tahu, ternyata klinik ini kurang peminat dan sepi karena dianggap klinik yang menyeramkan. Sering banget suster dan dokter diganggu. Selidik punya selidik ternyata klinik ini menyimpan kisah misterius yang menyeramkan dengan kejadian beberapa pasien mati tiba-tiba, pasien yang diganggu. Dan terakhir setahun lalu persalinan yang berujung maut akibat sesuatu hal yang tidak aku mengerti apa istilahnya dan persoalannya.

Mereka juga balik bertanya. “Apakah bapak baik-baik saja, tidak ada gangguan apapun? Bahkan ada yang bertanya kenapa bapak minta di lantai 3..?”

“Ada apa ini? saya tidak minta kok, tiba tiba saja saya sudah ada di sana,” jawab saya sambil tertawa.

Gambar atau foto 3

Antara kecut, takut dan masih tidak percaya saya menerima info itu hanya datar-datar saja. Namun ketika saatnya pulang saya ditemani oleh rekan saya kami sempatin ngobrol dengan perawat yang jaga. Saya katakan pengalaman tadi malam. Namnya si polan, cirinya begini dan begitu. Apakah ada yang namanya ini? Lalu suster memanggil bapak satpam, ia melanjutkan pertanyaan saya ke satpam, menanyakan ciri perawat laki-laki yang saya sebutkan tadi.

Bapak Satpam itu mengernyit sedikit mengingat-ngingat apakah ada perawat seperti itu?. Dia jawab dengan mata seperti tiba-tiba redup, “kayaknya tidak ada pak tenaga perawat yang namanya dan ciri-ciri seperti itu. Lagian mana ada perawat yang mau ganggu pasiennya sedang tidur. Padahal tidur itu kan obat yang baik sekali buat pasien?” balik bertanya kepada saya. Saya dan teman tadi sama-sama manggut - manggut memandang ke tangga menuju lantai atas.

Setelah membereskan koper (saya bawa koper kecil karena awalnya mau ke luar kota, nyatanya ke rumah sakit) dan membayar seluruh biaya administrasi, saya diantar rekan kembali ke rumah. Karena ketakutan, di rumah saya minta ditemani oleh 2 orang anak-anak tetangga yang sudah kuliah untuk membantu saya dalam berbagai keperluan selama masa recovery 3 hari tidak ngantur dulu. Bukan alasan itu yang utama, sebetulnya juga karena masih takut…he..he…he…

Ternyata aku bertemu Jin yang menyerupai perawat. Jin itu menemani saya agar saya tidak digoda orang jin lain. Begitulah kesimpulannya yang aku dapatkan.

Diantara pembaca budiman, apa menurut kajian Anda tentang metafisika ini. Apakah benar ini Jin atau benar perawat? Mudah - mudahan ada yang mampu bantu memecahkan misteri yang sudah 5 tahun ku simpan ini…

Tags : kisah nyata menyeramkan, cerita hantu, hantu dirumah sakit, hantu suster, ditemani hantu, misteri rumah hantu, hantu seram, cerita horor, pengalaman ketemu hantu, hantu dan jin, ketemu jin, dikerjain hantu dan jin, ditemani oleh hantu saat dirumah sakit, anak kecil, hantu perempuan

Rating : ★★★★★★  (vote)
Add to Bookmark
View : 78782 kali
Cerita Terkait :